Ayahku Bukan Teroris
Klaten,
29 Agustus 2004, di sebuah rumah mewah yang cukup padat penduduknya itu tampak
berbeda dibandingkan hari-hari sebelumnya. Sebagaimana kebiasaan di lingkungan
masyarakat setempat, setiap Minggu secara rutin diselenggarakan pengajian Ahad
Pagi. Para warga selalu bergiliran menjadikan rumahnya untuk tempat pengajian
tersebut
Nah,
kebetulan kali ini yang menjadi tuan rumahnya adalah keluarga Muhammad Rasyid
Suleman, seorang dosen yang mengajar di sebuah perguruan tinggi ternama di kota
Yogyakarta dan sekaligus pengusaha sukses. Sementara istrinya juga merupakan
pebisnis dengan beberapa butik dan rumah kecantikan terbesar di kota Klaten,
bahkan sudah memiliki banyak anak cabang hingga luar pulau Jawa.
Kedua
suami istri tersebut dikaruniai 5 orang putra dan putri, anak pertama seorang
laki-laki bernama Irwan Dzuhairi Suleman, kedua Zarima Asyifa Suleman, ketiga
Efendi Ibrahim Suleman, keempat Balqis Amimah Suleman dan yang bungsu
Fatih Dhaifullah Suleman
“Tok!”
“Tok!”
“Tok!”
Ketukan
pintu terdengar cukup keras, “Rima bukain pintunya, bunda mau bicara!”
“Sebentar
bunda!” jawab Rima sambil bergegas membuka pintu kamarnya
“Kamu
sudah hubungi Ridwan belum, tuh ayahmu dari tadi nanyain mulu? Ujar bunda saat
pintu kamar Rima dibuka.
“Belum
bunda, Rima, coba telepon dulu ya!” balas Rima sambil tersenyum kepada bundanya
“Iya
sayang, buruan!” sahut bunda sambil mengelus kepala Rima dengan lembut
Rima
langsung mengambil telepon genggamnya dan menghubungi Ridwan, pria yang selama
ini telah menjadi pelabuhan hatinya semenjak duduk dibangku SMA. Lalu Rima
duduk di tepi ranjang, dikuti bunda yang duduk disamping untuk mencoba menyimak
percakapan putri kesayangannya dengan kekasihnya.
Rima:
“Assalamualaikum!”
Ridwan:
“Wa alaikum salam!”
Rima:
“Halo, kakak sudah sampai mana?”
Ridwan:
”iya dek, ini kakak sudah sampai perempatan jalan masuk kompleks, mungkin
sekitar 10 menit lagi nyampai!”
Rima:
“Baik kakak, soalnya ayah sama bunda nanyain, biar kita di sini juga
bersiap-siap!”
Ridwan:
”iya dek, sampaikan sama ayah dan bunda, bentak lagi kakak dan keluarga sampai
rumah, bentar lagi kita ketemu kok, ok sampai nanti ya. Assalamualaikum!”
“Wa
alaikum salam!” jawab Rima sambil menutup panggilan teleponnya.
“ya
sudah, kamu benahi dulu dandananmu! Bunda akan turun ke bawah nemenin ayahmu
yang tadi gelisah mikirin kamu!” ujar bundanya sambil memeluk dan mencium
kening Rima, putrinya dengan kasih sayang.
Setelah
bundanya keluar dari kamarnya, rima pun dengan cepat memoles wajahnya agar
terlihat lebih segar dan glowing, meski dengan polesan sederhana. Setelah
dirasa cukup dan pakaiannya pun terlihat rapi dan sesuai dengan penampilan
wajahnya Rima segera turun ke bawah menemui ayah dan bundanya, yang langsung
disambut ayahnya dengan, “Wuih, cantiknya anak ayah!”
Wajah
Rima pun langsung semburat merah menahan malu dan menjadi salah tingkah. Bunda
pun segera mengajak Rima untuk duduk disamping ayah dan dirinya, “Sudah kamu
duduk sini aja sama ayah dan bunda!”
Belum
sempat Rima duduk, bel pintu pagar sudah berbunyi, “Ting Tung ting tung, Assalamualaikum!”
“Amir,
kamu bukain pagar depan sana, mungkin nak Ridwan dah nyampai!” ujar Bunda
menyuruh adik bungsu Rima yang lagi asyik bermain game di telepon genggamnya
“Baik
bunda!” jawab Amir, yang terus berajak pergi untuk membuka pintu gerbang, sambil
mematikan telepon genggamnya.
Tak
berapa lama terdengar langkah beberapa orang dari teras rumah, yang kemudian
dikuti ucapan salam yang hampir bersamaan, “Assalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh!”
“Wa
alaikum salam wa rahmatullahi wabarakatuh!” balas serempak dari dalam rumah
“Mari-mari
silahkan masuk!” ujar ayah yang terus berdiri menyalami para tamu yang baru
datang.
“Terimakasih
bapak Muhammad Rasyid Suleman, perkenalkan saya Taufik Wijaya, ayah dari Ridwan
Wijaya!” ujar pria bernama Taufik
Selamat
datang bapak Taufik, silahkan mari silahkan duduk semuanya!’ balas ayah sambil
mempersilahkan keluarga kak Ridwan untuk duduk
Akhirnya
mereka semua duduk di tempat yang memang sengaja dipersiapkan secara khusus,
untuk menyambut kedatangan keluarga Taufik Wijaya. Setelah berbasa-basi
sejenak dengan saling berbagi kabar, maka selanjutnya Taufik pun menyampaikan
niatnya bertamu di rumah Muhammad Rasyid Suleman, “Maaf pak Rasyid, sepertinya
sudah saatnya untuk kita bicara lebih serius nih!”
“Oh,
silahkan pak Taufik, kita santai-santai saja ngobrolnya!” balas Rasyid dengan
tenang
“Baiklah,
seperti yang sama-sama kita ketahui berkaitan dengan adanya hubungan antara
Ridwan putra sulung saya, Maka kedatangan kami kemari ini sebenarynya untuk
semakin menyambungkan hubungan antara keduanya agar menjadi lebih jelas.”ufar
Taufik
Untuk
itu saya berniat untuk melamar putri bapak dan ibu Muhammad Rasyid Suleman yang
bernama Zarima Asyifa Suleman yang akan saya nikahkan dengan putra sulung saya
Ridwan Wijaya!” lanjut Taufik sambil sekilas melirik Ridwan anaknya
“Lamaran
dan niat baik bapak dan ibu Taufik Wijaya saya terima dengan segala kerendahan
hati, Cuma segalanya kan tergantung dengan yang akan menjalaninya”jawan Rasyid
“Sebelumnya
saya ingin bertanya dengan nak Ridwan, apakah kamu serius ingin menjadikan
putri saya Zarima Asyifa Suleman sebagai istri kamu?” tanya Rasyid kepada
Ridwan
“Iya
bapak, saya sangat serius untuk menjadikan Zarima Asyifa Suleman sebagai istri
saya yang nantinya akan menemani saya sepanjang hidup saya!” jawab Ridwan
sambil melirik Rima yang tengah menunduk malu
“Baik
nak Ridwan, terima kasih untuk jawabannya.” sahut Rasyid
“Sekarang
ayah akan bertanya kepadamu Rima, apakah kamu menerima niat baik dan lamaran
dari nak Ridwan tadi yang juga sudah kamu dengar secara langsung sebelumnya?”
tanya Rasyid kepada Rima
“I I
iya ayah, Rima terima!” jawab Rima dengan pipi memerah dan langsung menunduk
menahan malu
“Alhamdulillah!
Jawab semua hadir hampir bersamaan
“Nah
bapak dan ibu Taufik Wijaya niat baik dan lamaran sudah diterima langsung
oleh Rima, jadi tinggal bagaimana kita para orang tua untuk mensegerakan, agar
hubungan kedua anak ini menjadi halal untuk mendapatkan ridho dari Allah!” ujar
Rasyid sambil tersenyum tenang
“Terimakasih
bapak dan ibu Muhammad Rasyid Suleman, kalau boleh saya mengusulkan, agar
mereka berdua bertunangan dulu hari ini!” balas Taufik
“Untuk
soal ijab qobul dan resepsi nya, kami sekeluarga mengikuti dari pihak bapak
Muhammad Rasyid Suleman dan keluarga!” lanjut Taufik sambil tersenyum
“Kami
rasa itu bisa pak, mereka bertunangan atau bertukar cincin langsung hari ini,
kami tidak berkeberatan selama kedua anak ini ikhlas menjalaninya!” balas
Rasyid
Setelah
berhenti sejenak dan menarik nafas, Rasyid kembali melanjutkan bicaranya, “Agar
semuanya dapat dipersiapkan dengan baik dan terkesan tidak terburu-buru,
sebaiknya mereka berdua menikah kurang dari 6 bulan ke depan!”
“Kami
setuju pak Rasyid! Jawab Taufik
Lalu
Ridwan berjalan menghampiri Rima dengan membawa sepasang cincin tunga yang
sudah mereka berdua persiapkan sebelumnya. Ridwan yang didampingi orang tuanya
berdiri berhadapan dengan Rima yang juga didampingi orangtuanya. Kemudian
dengan sangat hati-hati Ridwan memakaikan cincin yang bertuliskan namanya ke
jari manis Rima.
Selanjutnya
Rima pun juga melakukan hal yang sama untuk memakaikan cincin yang bertuliskan
namanya ke jari manis milik Ridwan. Kemudian acara dilanjutkan sesi foto
bersama untuk mendokumentasikan pertunangan Rima dengan Ridwan.
“Nah,
karena tukar cincinnya sudah selesai, maka sambil kita semua disini bia
ngobrolnya lebih santai, mari kita semua makan dulu!” ucap Rasyid kepada semua
yang hadir
Baca selengkapnya di aplikasi KBM App. Klik link dibawah:
https://read.kbm.id/book/detail/c7d4ec25-d0c4-4eb0-9198-d239143d5de7?af=6c3349dd-4f48-2c0c-21b9-c6b1e0cc374c
Comments
Post a Comment