Kujaga Hati Sepenuh Jiwa (Prolog)

“Brengsek!” umpat pria muda yang langsung mempercepat laju mobilnya. setelah mengetahui beberapa mobil mencoba menghentikannya. Di mobil lainnya, salah seorang pengendara memberikan aba-aba kepada pengemudi lainnya, melalui telepon genggam “Cepat kejar!” “Baik bos!” sahut pengendara lainnya “Jangan sampai si Guntur lolos!” lanjut pria yang dipanggil bos Mereka terus bergerak dan berusaha menutup akses mobil yang dikendarai Guntur, sembari berucap, “Siap bos!” Seorang pria muda yang diketahui bernama Guntur terus berlari menghindar dari kejaran sekelompok orang yang terus mengejarnya sambil mengacung-acungkan senjata tajam mereka. Hingga tanpa disadarinya pria muda tersebut sudah berada di tepi sungai yang airnya mengalir cukup deras. “Hahahaha, mau lari kemana lagi kau?” ujar salah seorang pengejarnya, yang langsung memberikan kode kepada teman-temanya untuk mengepung si pria muda “Sial!” umpat pria muda sambil melirik kiri dan kanan tubuhnya untuk mencari celah meloloskan diri “Guntur wijaya, sebaiknya kamu menyerah saja dan serahkan nyawamu dengan ikhlas kepada kami!” ujar seorang pengejarnya yang berdiri di samping kirinya Salah seorang dari pengejar, langsung mengeluarkan senjata api, yang tersimpan di balik pinggangnya. Merasa dirinya semakin terpojok dan tak ada pilihan lain, pria muda tersebut langsung melompat dan menceburkan dirinya ke dalam sungai “Byuuur!” Lalu terdengar beberapa kali letusan senjata api, “Duar!” “Duar!” “Duar!” “Duar!” “Cepat turun semuanya kita telusri jejaknya!” ujar pria muda yang bertindak layaknya seorang preman Mereka pun segera turun dan mencoba menyusuri sungai. Setelah lebih dari 2 jam tanpa hasil. Akhirnya salah seorang yang dianggap pemimpin berucap, “Sudah saatnya kita tinggalkan tempat ini, ayo kita pulang ke markas!” Sementara di seberang sungai, Guntur yang berusaha menyelamatkan diri dari kejaran musuh-musuhnya terus berusaha menjauh dengan cara merayap. Setelah berada cukup jauh dari bibir sungai, Guntur terus berusaha berjalan mencari jalan keluar, agar bisa pulang ke rumahnya. Namun karena luka-luka yang ada ditubuhnya, baru berjalan 300 meter Guntur ambruk, tidak mampu lagi menggerakkan tubuhnya ketika berada di pekarangan belakang sebuah rumah tua, yang tampaknya mau rubuh. Pagi ini, Gina tampak malas bangun dari tempat tidurnya, tubuhnya terasa pegal dan ngilu. Setelah beberapa hari ini lembur di toko roti Maryam, miliknya. Namun karena beban hutang tinggalan kedua orang tuanya, akibatnya Gina harus bekerja keras untuk segera melunasi hutang orangtuanya, yang bunganya terus naik dan bertambah Tiba-tiba telepon genggamnya berbunyi dengan memainkan lagu penjaga hati versi Ari Lasso, “Kubayangkan bila engkau datang, Kupeluk bahagia kan daku, Kuserahkan seluruh hidupku, Menjadi penjaga hatimu” “Hallo ada apa Dit?” tanya Gina “Mbak Gina, nanti ke toko jam berapa?” ucap Dita “Aku agak siangan dikit ya, badanku capek, kayaknya semua tulang-tulangku remuk!” jawab Gina dengan mata yang masih mengantuk “Iya mbak, nanti kalo bos nanya, aku jawab mbak Gina mungkin telat mau berobat gitu ya?” balas Dita “Iya boleh, nggak papa!” jawab Gina cuek. Niat mau mengistirahatkan lagi tubuhnya jadinya malah nggak ngantuk lagi, terpaksa Gina bangun dan mempersiapkan baju yang akan dikenakan nya untuk berangkat kerja di toko roti. Kemudian Gina pun pergi ke halaman belakang rumahnya untuk memanen kangkung sayuran favoritnya dan cabe yang tubuh subur. Hingga dirinya dikagetkan ketika ada tubuh pria tergeletak di depan pintu belakang rumahnya, dengan sedikit ketakutan, Gina pun bertanya, “kamu siapa? Kenapa disni?” “Tolong aku!” jawab Guntur yang “Tapi kamu siapa?” kembali Gina bertanya “Namaku Guntur, semalam ada beberapa orang mencoba merampok dan mencelakai aku!” jawab Guntur “Apa buktinya kalau kamu orang baik bukan orang jahat yang banyak merugikan masyarakat?” tanya Gina yang masih meragukan kata-kata Guntur “Tolong nona hubungi no 08xxxxxxxxxxx, katakan keberadaan aku dan kondisi aku saat ini!” ucap Guntur mencoba meyakinkan Gina “Baik, aku akan coba menelpon teman kamu, jika kamu berbohong aku akan telepon polisi!” jawab Gina cepat “Silahkan nona!” sahut Guntur sambil menahan kesakitannya “Saya akan bantu obati kamu dulu setelah itu saya akan telepon teman kamu!” sahut Gina yang jadi kesal karena bertambah permasalahan yang dihadapinya akhir-akhir ini Saat proses pengobatan berlangsung, tiba-tiba pintu rumahnya didatangi banyak warga, yang sebagian berteriak dan memaki-maki dirinya sebagai perempuan rendahan. Sementara pak RT, pak RW yang juga didampingi beberapa tokoh masyarakat berusaha menenangkan masyarakat, “Tenang saudara-saudara, semuanya bisa dirembug, jangan bertindak anarki ya!” “Sudah Lah pak RW, nggak usah basa basi, jelas-jelas si Gina sudah berani membawa laki-laki bukan muhrimnya masuk kedalam rumah. Kalau dibiarkan ulah sijalang Gina Ini akan membawa kesialan bagi kampung kita nantinya!” teriak salah seorang perempuan paruh baya sambil tangannya terus menunjuk-nunjuk ke arah rumah Gina “Baik, kami akan panggil si Gina, saya harap semuanya tetap tenang, semuanya bisa dirembug, ingat jangan melakukan tindakan melawan hukum!” “Betul pak RW, usir si jalang Gina dari kampung ini atau nikahkan dengan laki-laki itum agar kampung kita terhindar dari kesialan!” sahut seorang pemuda, sambil melempar rumah Gina dengan beberapa batu ke arah atap rumah. “Sekali lagi semuanya tetap tenang, semuanya bisa dirembug,kami akan masuk kedalam rumah, untuk meminta keterangan secara langsung dari Gina dan laki-laki yang menjadi temannya!” jawab pak RW dengan sabar dan penuh wibawa Pak RW pun meminta bantuan keamanan dari para pemuda, untuk membantu mengamankan lokasi di sekitar ruma Gina. Lalu pak RW yang didampingi pak RT dan beberapa tokoh masyarakat mengetuk pintu rumah Gina, sambil berkata, “Nak Gina, ini pak RW dan pak RT,, buka pintunya, kami akan berbicara baik-baik sama kamu!” Tak berselang lama, pintu rumah Gina pun terbuka. pak RW, pak RT dan beberapa tokoh masyarakat langsung masuk ke dalam rumah Gina. Pak RW pun meminta semuanya untuk duduk di tikar yang ada, sambil berkata, “Nak Gina, dimana teman pria kamu?” “Maaf pak RW, maksudnya siapa?” balas Gina yang masih shock dan bingung dengan banyaknya orang yang tiba-tiba berkumpul di rumahnya “Nak Gina, kami menerima banyak laporan, bahwa di dalam rumah ini ada seorang pria yang bukan muhrim kamu!” ucap pak RT yang sedikit emosional Suasana di dalam rumah Gina pun mulai tegang, Gina hanya mampu menangis kebingungan hendak menjawab pun percuma, hanya air mata saja yang mampu dikeluarkannya. Tiba-tiba Guntur yang awalnya pingsan, terbangun mendengar isakan tangis dari Gina, akibat tekanan dari para perangkat kampung dan tokoh-tokoh masyarakat yang ada di dalam rumah Gina Guntur secara perlahan berjalan keluar dari kamar dengan menggunakan baju yang secara sembarangan diambilnya dari lemari Gina. Dengan tertatih-tatih menahan sakit, Guntur bertanya, “Apa yang sebenarnya kalian inginkan dengan perempuan ini?” Gina segera berdiri membantu Guntur berjalan dan duduk berhadapan dengan pak RW, pak RT dan beberapa tokoh masyarakat. Melihat kehadiran Guntur, pak RW pun langsung bertanya “Anak muda kami menerima laporan dari beberapa warga, berkaitan dengan kemungkinan tindak asusila yang dilakukan oleh Gina dengan teman prianya!” “Anak muda, siapa kamu sebenarnya? apa yang telah kamu lakukan dengan Gina?” tanya pak RT hendak mencoba mengintimidasi Guntur Guntur segera melirik Gina, yang terus menahan tangis meratapi nasibnya. Guntur pun merasa iba dan bertekad menyelamatkan Gina dari orang-orang yang tengah mengintimidasinya. Setelah menghela nafas panjang, Guntur pun berucap, “Saya Guntur apa yang sebenarnya bapak-bapak inginkan terhadap kami?” “Nak Guntur sesuai dengan hukum adat dikampung ini, ada 2 pilihan yang mesti Gina ambil!” sahut pak RW “Apa itu, mungkin saya bisa membantu Gina membuat pilihan?” jawab Guntur tenang

Comments

Popular posts from this blog

Mengenal Consumercant Pertama Di Indonesia

Ayahku Bukan Teroris