Duren Anak Tiga
Minibus angkutan
kota berhenti di depan kampus yang bangunannya identik dengan warna ungu.
Beberapa orang tampak turun dengan tergesa-gesa, salah satu diantaranya adalah
Maya Guritno. Waktu 5 menit yang tersisa untuk masuk ruang kuliah memaksanya berlari-lari
menyusuri koridor kampus. Mulutnya pun tak berhenti berdoa dalam hati , “Tuhan
selamtkan aku dari dosen super killer.”
Hingga tanpa
sengaja dia menabrak seseorang yang tiba-tiba menghentikan langkahnya.
“Brak!”
“Aduh, kenapa
sih berhentinya pake mendadak, nggak apa orang lagi buru-buru!” ucap Maya
sambil mengenakan kembali kacamatanya.
“He nona, kamu yang jalannya nggak hati-hati,
jangan suka nyalahin orang lain. Lagian suka-suka saya mau jalan atau
berhenti.”
Pria yang
ditabrak tersebut langsung pergi meninggalkan Maya dan mengangkat telephone
genggamnya, “Hallo!”
“Roni, ini winda
rewel terus, kapan kamu pulang?”
“Bentar lagi
mama, aku masih ada satu kelas lagi.”
“Ya udah,
sekarang mama mau ajak anak-anakmu jalan-jalan ke Mall dekat kampusmu, nanti
kamu nyusul aja ke sana!”
“Iya mama!”
jawab pria bernama Roni sambil menghela napas panjang
Maya yang terus
berlari-lari kecil akhirnya sampai di ruang kuliahnya, teman-temannya tampak
santai asyik ngobrol denghan kelompoknya masing-masing. Maya pun langsung
mendekati ketiga sahabatnya; Wulan, Dewi dan Linda, yang tengah asyik menggibahkan
dosen baru yang masih muda dan akan menggantikan pak Mochtar.
“Memangnya pak
Mochtar kemana, kok diganti dosen baru?” Tanya Maya yang ikut-ikutan kepo.
“Aduh aduh May,
makanya kamu tuh jangan keasyikan belajar aja, samapi nggak athu ada gossip
terbaru di kampus kita ini. Wulan kamu ajuh tuh yang jelasin ke Maya!”
“Begini nona
Maya yang cantik dan imut kayak marmot, pak Mochtar mendadak dipanggil
presiden, kabarnya mo dijadiin menteri pembangunan, gantiin menteri yang barusan
meninggal itu. Terus pak Mochtar akan digatiin sama keponakannya yang super
duper ganteng, kabarnya dia duren ditinggal mati.”
“Terus apa
hubungannya sama kita?”
“Ya ampun May,
dosen baru yang duren itu layak untuk dijadikan masa depan, paham?”
“Terselah kalian
deh, aku nggak mau ikut-ikutan!”
“Yang benar May,
kalo gitu kita doaian aja deh, semoga dosen duren itu jadi jodohnya Maya
Guritno yang cuek kayak bebek.”
“Amin!” jawab
sahabat-sahabat Maya sambil tertawa-tawa ngeledek.
Tawa mereka
seketika terhenti, ketika melihat seseorang masuk ke dalam ruangan kuliah yang
langsung duduk di kursi dosen. Para mahasiswa pun langsung terdiam menyaksikan
dosen yang tadi mereka gibahkan. Bahkan beberapa mahasiswi mulai terpesona memandang
sang dosen muda yang terlihat tampan dan nge-glazed, apalagi dengan posturnya
yang nyaris sempurna.
Maya yang
langsung menundukkan kepalanya ketika melihat dosen yang juga sedang menatap
dengan mata elangnya. Ingin rasanya Maya menghilang masuk ke dalam perut bumi,
hingga tanpa disadari berucap, “Aduh mati aku, kenapa sih dia?”
“May, kamu kenal
ya?”
“Cie cie yang
dah kenalan”
“Nggak nggak
ntar deh aku ceritain!”
“Ok Maya, kalu
gitu habis kuliah kita ke Mall ya!”
“Iya, tapi kita beli
B Erl dulu ya, punyaku di rumah dah mau habis!”
Tepukan tangan
berhasil meredakan kegaduhan, sehingga situasi kelas menjadi lebih tenang, tak
berapa lama dosen muda tersebut mulai memperkenalkan diri, “OK, Selamat Siang semuanya, perkenalkan saya
Roni Gunawan yang menggantikan pak
Mochtar mengajar kalian. Apa ada pertanyaan?”
“Maaf pak,
kenapa sih wajah bapak nge-glazed sekali, Boleh tau resepnya pak?
“Apa itu
nge-glazed?”
“Nge-glazed itu
sangat-sangat glowing pak!”
“Oh, gitu
ya, baiklah sebelum kita mulai, saya
minta kalian mempernalkan diri maing-masing sesuai absensi!”
Sementara di
Mall seorang wanita paruh baya sedang berjalan-jalan sembari mendorong kereta
bayi, di sampingnya 2 anak kecil terus mengikutinya. Anak laki-laki berusia 5 tahunan itu pun
berjalan sambil digandeng kakak perempuannya yang berumur 12 tahunan. Tak
berapa lama berjalan mereka memasuki wahana permainan yang ada di dalam Mall
tersebut.
“Oma, Bian main
pukul-pukul ikan ya?”
“Iya boleh, Bian
main sama kakak Shinta ya! Oma sama adik Mira nunggu disini aja ya!”
Kedua anak itu
pun langsung menuju ke wahana permainan sambil tertawa-tawa, bisa bebas bermain.
Bahkan beragam permainan pun mereka coba untuk sekedar mengikuti rasa
penasaran. Hingga tiket game yang mereka kumpulkan menjadi banyak.
Wajah lelah
tampak begitu nyata menghias wanita paruh baya tersebut, meskipun demikian dia
tetap berusaha tegar untuk terus melindungi dan menjaga ketiga cucunya. Harapannya
hanya satu, semoga ketiga cucunya segera menemukan mama pengganti sebelum
dirinya nanti menutup mata.
“Hai, kamu yang
bernama Maya, berdiri ke depan!”
“Iya pak”
“Coba kamu
jelaskan, instrument keuangan apa saja yang berada di luar sistim keuangan itu
sendiri!”
“Emas pak, sebab
emas satu-satunya instrument keuangan yang mampu bertahan terhadap berbagai
tekanan inflasi, deflasi maupun politik yang dapat menjurus ke resesi atau
krisis moneter.”
“Kenapa?”
“Eee, anu pak,
nilainya yang stabil menjadikannya sumber cadangan devisa dan diakui sebagai
mata uang yang berlaku di seluruh dunia.”
“Kamu boleh
duduk sekarang!”
“Terimakasih
pak!”
“Nah, sebagimana
tadi yang dijelaskan Maya, emas merupakan komoditas perdagangan yang sekaligus
juga dapat dijadikan mata uang, yang nilainya berlaku di seluruh dunia. Itu
kenapa sebabnya negara-negara besar selalu memiliki cadangan devisa berupa emas
batangan yang besarnya lebih dari 10% total asset kekayaannya.”
“Apa ada
pertanyaan………., kalau tidak ada, kita akhiri dan tugas untuk kalian semua, buat
ulasan tentang emas sebagi simpanan atau investasi, semua tugas dikumpulkan
sama Maya, paham!”
“Paham pak!”
Maya dan ketiga
temannya pun langsung berjalan menuju Mall yang ada diseberang kampus mereka.
Tujuan awal mereka mencari perlengkapan kosmetik yang menjadi andalan mereka
untuk tampil dengan wajah mengkilap bercahaya.
“Selamat Siang
mbak ada B Erl Nutricoll nggak?”
“Ada kak, mau
ambil berapa?”
“Satu aja deh
sekalian sama B Erl Active Glow Booster Serum satu juga!”
“Baik kak, totalnya Rp375 ribu, maaf pembayarannya mau tunai
atau pake kartu?
“Tuani aja deh mbak!”
“Kalian udah
belanjanya?”
“Udah, yuk kita
makan bakso dulu ditemapt biasa!”
Mereka pun
berjalan menuju stand bakso langganan yang ada di Mall tersebut. Pelayan yang
sudah mengenal mereka pun langsung menyiapkan bakso dengan menu yang menjadi
kesukaan para gadis pengemar B erl. Setelah uduk di temapat favorit baiasa
mereaka berkumpul, Wulan pun mulai menagih janji Maya, untukm menceritakan
hubungannya dengan sang dosen muda yang menjadi idola baru di kampus mereka.
“Iya, Wulan yang
centil kayak pentil, sambil makan aku ceritain, ok!”
“Biarin centil,
dari pada dewi yang pendiam tapi malu-maluin!”
“Kok aku
dibawa-bawa sih Wul, biasanya juga Linda yang paling ganjen sedunia, udah punya
pacar masih aja suka lirik-lirik cowok lain.”
“Mumpung masih
muda Wi, kan belum ada janur kuning yang melengkung di rumahku! Makanya Wi,
kalo suka cowok bilang aja, jangan cuma diam, tapi dibelakang kepo!”
Baca selengkapnya di aplikasi KBM App. Klik link dibawah:
https://read.kbm.id/book/detail/a69ce890-12af-47fe-8808-6ddb6ec7460c?af=6c3349dd-4f48-2c0c-21b9-c6b1e0cc374c
Comments
Post a Comment