Sang Penjaga Hati
“Braaaaaaak!”
“Saya
tidak mau tahu, keluar kalian dari ruangan saya sekarang juga!” ujar seorang
pria muda yang tengah emosi sehingga membetak beberapa orang yang ada di
depannya
Setelah
orang-orang tersebut keluar, pria muda yang masih emosi tersebut memanggil
asisten pribadinya, “Reno, kamu kemari!”
Belum
sempat dijawab, panggilan telepon tersebut langsung ditutup. Pria yang
dipanggil Reno tersebut langsung keluar dari ruangannya, berjalan dengan
tergesa-gesa menuju ruangan bosnya tuan Guntur Jayadiningrat. Berhenti sejenak
di meja Mita yang jadi sekretaris, “Ada kejadian apa barusan?”
“Bos
marah karena ada yang coba memanipulasi data keuangan perusahaan!” balas Mita
sambil terus melanjutkan pekerjaannya
“Ok,
kalo gitu aku masuk ke dalam dulu!” sahur Reno sambil mengedipkan matanya
kepada Mita, yang dibalas dengan pelototan tajam.
Guntur
langsung memerintahkan mauk, ketika mendengar ketukan di pintu ruangannya.
Begitu memasuki ruangan Guntur wajah Reno langsung berubah bingung dan penuh
pertanyaan. Sementara Guntur yang masih terlihat marah dan kecewa hanya duduk
di kursi kebesarannya dengan kedua kakinya diletakkan diatas meja kerjanya.
“Maaf
tuan muda, ada yang bisa saya bantu?” tanya Reno yang langsung menelan
salivanya, akibat aura panas yang keluar dari tubuh Guntur.
“Kamu
lihat ini dan baca!” jawab Guntur sambil melemparkan beberapa dokumen di atas
meja
Setelah
Reno membaca dan memeriksa dokumen-dokumen tersebut, dirinya juga merasakan
banyak kejanggalan dan manipulasi di dalam dokumen, beberapa diantaranya malah
tampak signifikan. Dengan menarik nafas panjang, akhirnya Rena berujar, “Setahu
saya Ronald itu bisa diandalkan, saya jadi curiga dan akan menyelidikinya
secara mendalam!”
“Berapa
lama kamu akan menyelesaikan masalah ini?” sahut Guntur yang sudah mulai tenang
“Berikan
saya waktu 3 hari saja, sebelum rapat para pemegang saham, semuanya sudah
selesai termasuk kemungkinan adanya dalang di belakangnya!” balas Reno yang
langsung merapikan dan menyimpan dokumen tersebut
“Baik
sekarang kamu temani aku makan siang! Suruh si Mita merapikan ruanganku!”
lanjut Guntur sambil membalas beberapa pesan di telepon genggamnya.
Tak berselang lama sebuah mobil mewah
Lamborghini Aventador SVJ Roadster Grigio Telesto, senilai Rp22,5 Miliar
keluar dari gedung Jayadiningrat. Reno yang duduk di kursi pengemudi, mulai
gatal untuk membuka percakapan dengan bosnya, “Maaf tuan muda, kita akan
kemana?”
“Kita ke Setia Budi di Akira Black,
ada beberapa orang yang mati aku temui di sana!” jawab Guntur yang moodnya
kembali memburuk.
“Apakah masih ada kaitan dengan
perjodohan atau bisnis, supaya saya juga bersiap-siap!” ujar Reno yang terbiasa
dengan perubahan mood tuan mudanya.
“Benar, kamu atur seperti biasanya,
kenapa banyak wanita yang mau begitu saja menerima perjodohan semacam ini,
padahal sudah bukan zamannya lagi!” ujar Guntur dengan jengkel
“Ya wajarlah bos, mereka bersemangat
menerima perjodohan, bahkan beberapa diantaranya sampi tergila-gila ingin
secepatnya menjadi nyonya Guntur Jayadiningrat!” goda Reno sambil tersenyum,
yang langsung dijawab dengan keplakan di kepala Reno
“aduh, sakit bos!” teriak Reno yang
langsung cengar-cengir
“Makanya kalau ngomong jangan
sembarangan!” tegas Guntur dengan jengkel
Akhirnya
mobil mewah tersebut sampai di pelataran parkir MD Place Building. Setelah
memarkirkan mobil mewahnya, kedua pria muda yang sama-sama ganteng dan glowing
itu berjalan ke arah lift untuk naik menuju Akira Black restaurant yang ada di
level Penthouse gedung. Begitu keluar dari lift keduanya langsung disambut tatapan
terpesona para wanita muda yang tengah makan siang, bahkan beberapa diantaranya
berharap disapa oleh Guntur dan Reno.
Reno
yang menyadari bos nya nggak nyaman dengan tatapan lapar para wanita muda di
dalam restoran, hanya mampu terdiam, menunggu perintah. Sapaan sopan dari
seorang pramusaji berhasil menyelamatkan keduanya dari santapan liar para gadis
muda tersebut, “Selamat Siang, maaf tuan Guntur sudah di tunggu nyonya Ambar
jayadiningrat, mari saya antarkan!”
“Terimakasih!” sahut Reno dengan
tersenyum saat melirik wajah Guntur yang sudah kembali dingin dan datar.
Mereka
bertiga pun berjalan ke arah meja yang ada di dekat jendela kaca, dengan
pemandangan gedung pencakar langit dan hingar bingar kepadatan lalu lintas kota
Jakarta. Di meja tersebut sudah duduk 2 orang wanita paruh baya dan
seorang gadis muda yang sedari tadi memandang Guntur dan Reno dengan penuh
kelaparan. Salah seorang wanita langsung menegur Guntur dengan sedikit kesal,
“Kamu sudah terlambat 30 menit!”
“Maaf
ma, lagi banyak kerjaan di kantor, tanya aja si Reno!” jawab Guntur malas,
sambil berjalan mendekati meja dan mencium punggung tangan kanan mamanya
sebelum duduk di kursinya.
Reno
yang sudah tahu akan ketidaknyamanan sang bos, langsung berjalan ke meja yang
ada di sampingnya, sambil menyapa seseorang yang duduk di meja tersebut, “Maaf
bang Bondan, udah lama nunggunya ya bang, kok sampai nyonya besar marah!”
“Iyalah
aku aja nunggunya sampai jamuran disini! Ada masalah dikantor?” sahut Bondan
yang meskipun terlihat santai, namun matanya sangat awas dan terus melakukan
perimeter keamanan di sekitarnya.
“Iya
bang, ini juga aku sedang menyelidiki, sepertinya ada sekelompok orang yang
sengaja ingin menghancurkan tuan muda!” balas Reno yang langsung minum air
mineral di depannya.
“Hmmm
kamu mesti hati-hati, kalau ada apa kesulitan, langsung hubungi aku! Ingat
Keluarga kita sudah bersumpah untuk mengabdi di keluarga Jayadiningrat, jangan
kecewakan abangmu ini!” ujar Bondan sambil menepuk bahu Reno
“Kamu
sangat beruntung, semenjak kecil kamu selalu ada disisi tuan muda, hanya kamu
yang paham dengan bahasa dan gesturnya!” lanjut Bondan tenang.
Setelah
usai menceramahi Guntur dengan panjang dan lebar, Nyonya Ambar Jayadiningrat
langsung memperkenalkan putra semata wayangnya kepada sahabatnya, “Ini jeng
Guntur anak saya satu-satunya, saking sibuknya kerja, sampai lupa nyari istri!”
“Halo
Guntur, apa kabar nak saya tante Martha Suwondo, teman dekat mama kamu?” ujar
wanita paruh baya sambil mengulurkan tangannya kepada Guntur
Guntur
dengan sopan, langsung berdiri menerima uluran jabat tangan tersebut sasmbil
berucap, “Kabar baik tante Martha, perkenalkan saya Guntur Jayadiningrat!”
“Oh
iya, ini anak tante yang baru pulang dari luar negeri, namanya Fransiska
Suwondo, biasa dipanggil siska!” lanjut nyonya Marha yang memberi kode kepada
anaknya untuk segera berkenalan
Siska
pun berdiri dan mengulurkan tangan kanannya kepada Guntur, yang kemudian
disambut Guntur dengan berdiri, “Hallo Siska, saya Guntur Jayadiningrat!”
Siska
yang terpesona dengan ketampanan dan sikap sopan dari Guntur, sampai lupa
melepaskan genggamannya, bahkan tangan kirinya malah mengelus punggung tangan
kanan Guntur. Secara reflek, Guntur pun menarik tangan kanannya sambil berkata,
“Maaf!”
Nyonya
Ambar yang melihat kejadian tersebut langsung mengalihkan perhatian dengan
meminta pelayan untuk segera menghidangkan menu makan siang. Sementara Martha
yang melihat kelakuan putrinya langsung mencubit paha siska yang meringis
menahan sakit. Demikian juga dengan Bondan dan Reno yang hanya bisa menyaksikan
tanpa berbuat apa-apa
Sambil
menyantap hidangan yang sudah ada didepan mereka, nyonya Ambar terus mengamati
Guntur yang merasa nggak nyaman dengan kelakuan putri sahabatnya. Hingga Martha
pun beberapa kali memberikan cubitan-cubitan kecil, setiap Siska berulah. Namun
Siska yang terbiasa hidup bebas di luar negeri, tetap menganggap santai dan
terus menatap Guntur dan berusaha memikatnya dengan senyuman terbaiknya
Baca selengkapnya di aplikasi KBM App. Klik link dibawah:
https://read.kbm.id/book/detail/8e16040a-4ed5-49ae-ac09-64534a375d60?af=6c3349dd-4f48-2c0c-21b9-c6b1e0cc374c
Comments
Post a Comment